Blogger templates

Pages

Brakhiterapi

Brakhiterapi adalah penggunaan dari isotop radioaktif tertutup untuk pengobatan, dengan menempatkan bahan radioaktif ke dalam atau berdekatan dengan sasaran... (read more)

MRA

MRA adalah visualisasi karakteristik pembuluh darah serta aliran darah dengan menggunakan pesawat MRI. Prosedur MRI dan MRA merupakan pemeriksaan .... ( read more)

CT Scan

CT Scan (Computed Tomography Scanner) merupakan alat penunjang diagnosa yang mempunyai aplikasi yang universal untuk pemeriksaan seluruh organ tubuh, ...(read more)

USG

USG adalah singkatan dari ultrasonografi. Yaitu suatu alat yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang dipancarkan oleh suatu penjejak (yang disebut transduser)(read more)

Total Body Irradiation (TBI)

Total Body Irradiation adalah bentuk radioterapi yang digunakan sebagai bagian dari regimen preparative untuk sel induk haematopoietic (sum-sum tulang) transplantasi.(read more)

Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT)

Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT) adalah bentuk khusus dari 3D-CRT, radioterapi 3 dimensi yang pengoperasiannya menggunakan komputer canggih.(read more)

MAGNETIC RESONANSI CHOLANGIOPANCREATOGRAFI (MRCP)

Magnetic Resonansi Cholangiopancreatografi ( MRCP ) merupakan pemeriksaan untuk memperlihatkan sistem billiaris dan pankreas (read more)

TEKNIK RADIOGRAFI DASAR

Teknik radiografi dasar atau biasa di singkat tekrad adalah ilmu yang mempelajari tata cara pemotretan dengan menggunakan sinar - x ( sinar Roentgen )(read more)

HIGH KV TEHNIK

Variasi kv pada teknik permeriksaan adalah salah satu yang biasa digunakan untuk proyeksi tertentu tergantung pada ukuran ketebalan badan (read more)

MRI

Pencitraan resonansi magnetik (bahasa Inggris: Magnetic Resonance Imaging, MRI) ialah gambaran potongan cara singkat badan yang diambil dengan menggunakan daya magnet yang kuat mengelilingi anggota badan tersebut (read more)

Selasa, 21 Mei 2013

Video Radiologi Interverensi


video turoterial radiologi interverensi

Brakhiterapi

Brakhiterapi adalah penggunaan dari isotop radioaktif tertutup untuk pengobatan, dengan menempatkan bahan radioaktif ke dalam atau berdekatan dengan sasaran radiasi. Hal ini bertujuan agar diperoleh distribusi dosis radiasi yang tinggi dan homogen dalam ruang lingkup yang sesuai dengan bentuk dan volume sasaran radiasi, sedang dosis pada jaringan sehat disekitarnya rendah, sehingga dapat dicapai kontrol lokal yang tinggi dengan efek samping yang rendah.
Cara–cara penempatan sumber radiasi dalam brakhiterapi meliputi :
1. Implantasi interstitial
* Lama waktu tertentu (temporary)
* Menetap (permanent)

Diberikan secara temporer dengan menanamkan sumber radiasi baik secara langsung mis. Implantasi jarum radium/cesium pada tumor lidah, atau secara interstitial dengan menanamkan aplikator terlebih dahulu, baru kemudian dimasukkan sumber radiasinya mis. Radiasi interstitial pada tumor lidah/dasar mulut.
2. Intrakaviter
Sumber radiasi dimasukkan kedalam kavitas–kavitas yang ada di tubuh manusia, mis. Pada kasus Ca. cerviks uteri.

3. Intralumenal
Brakhiterapi ditujukan untuk tumor–tumor yang ada dalam tubuh manusia, mis. untuk carsinoma bronchus dan oesofagus.

4. Superfisial (dengan mould)
Adalah bentuk brakhiterapi dengan menempatkan sumber radiasi pada mould (biasanya dibuat dari lilin), kemudian mould yang telah ada sumber radiasinya tersebut diletakkan pada tumor dipermukaan tubuh manusia (diatas kulit).

5, Intravaskular
Adalah bentuk radiasi mutakhir dengan memasukkan sumber radiasi kedalam pembuluh darah, banyak digunakan untuk mencegah terjadinya restenosis setelah bedah angioplastik.

Jenis Brakhiterapi berdasarkan laju dosis radiasi (dose rate) yaitu :
1. Low Dose Rate ( LDR ) : 0.4 – 2 Gy / jam
Radioaktif temporary yang digunakan : Radium, Cesium, Iridium
Radioaktif permanent yang digunakan : Radon, Iodium 125
Contoh : radiasi jarum radium pada pengobatan Ca. cerviks

2. Medium Dose Rate (MDR) : 2–12 Gy/jam
Radioaktif yang digunakan : Cesium, Cobalt, Iridium.

3. High Dose Rate (HDR) : >12 Gy/jam
Saat ini HDR paling banyak digunakan. Dan Radioaktif yang digunakan : Cobalt dan Iridium.
Ditinjau dari segi proteksi radiasi, penggunaan Radium 226 tidak lagi direkomendasikan untuk pemakaian dalam radioterapi.

Adapun teknik aplikasi yang digunakan dalam brakhiterapi yaitu :
1. Teknik Manual, hanya untuk LDR.
2. Teknik “Afterloading“:

Terlebih dahulu dipasang aplikator kosong ke daerah sasaran radiasi, bahan radioaktif dimasukkan kedalam aplikator dengan sistem penggerak yang diatur oleh panel kontrol diluar ruang radiasi. Digunakan untuk LDR, MDR, HDR.
Kelebihan teknik afterloading :
1. Aman untuk petugas
2. Lebih akurat pemasangan aplikator kosong
3. Dapat untuk HDR, waktu penyinaran pendek, dan tidak memerlukan perawatan yang lama.

Aplikasi Klinis dari Brakhiterapi :
1. Brakhiterapi definitif :
Dosis radiasi penuh, Ca. lidah, dasar mulut, kulit, prostat.
2. Brakhiterapi kombinasi dengan radiasi eksternal, sebagai radiasi booster.
Untuk Ca. cerviks, nasofaring, bronchus, esofagus.
3. Brakhiterapi pasca bedah
Pada sarkoma jaringan lunak, payudara (setelah radiasi eksterna).

Indikasi dari Brakhiterapi :
. Tumor–tumor dengan ukuran kecil
Contoh : Ca. prostat, Ca cerviks dan nasofaring pada stadium IA

. Tumor–tumor besar, diberikan sebagai booster
Contoh : Ca cerviks pada stadium IB – IIIB, KNF, Ca. mammae

. Sebagai terapi paliatif dikombinasikan dengan radiasi eksterna dengan tujuan untuk mengurangi waktu pengobatan.
Keuntungan Brakhiterapi dibandingkan radiasi eksterna :
1. Dosis yang diberikan pada brakhiterapi lebih tertuju pada tumor/target saja,
sehingga akan memberikan lokal kontrol yang baik.
2. Akan terjadi penurunan dosis pada jaringan sehat dengan menggunakan brakhiterapi
sehingga efek samping akan berkurang.

Proteksi Radiasi dalam Brakhiterapi meliputi :
1. Proteksi Pasien :
* Program monitoring paparan radiasi
* Emergency procedure
* Data lengkap dari parameter radiasi
* Sistem check parameter radiasi oleh dokter/ahli fisika

2. Proteksi Petugas :
* Program monitoring paparan radiasi
* Test kebocoran sumber tertutup.

Tujuan Utama treatment planning dalam brakhiterapi adalah :

* Untuk memperoleh distribusi dosis yang akan digunakan untuk menentukan dosis perskripsi, dengan cara memberikan dosis yang tinggi pada target volume namun pada jaringan normal akan mendapatkan dosis seminimal mungkin (dosis toleransi).
* Karena dalam brakhiterapi, distribusi dosis dalam target volume sangat tidak homogen. Daerah dekat sumber akan menerima dosis yang sangat tinggi. Selain itu, planning dipersulit oleh kenyataan bahwa geometri sumber tidak selalu dapat persis seperti yang direncanakan karena kesulitan penempatan sumber dalam jaringan. Oleh karenanya, ketidaktelitian planning dalam brakhiterapi relatif lebih longgar yaitu : ±15 %.

Adapun peran fisikawan medik dalam planning brakhiterapi adalah :
1. Untuk melakukan verifikasi sumber.
Dapat dilakukan pada saat pertama kali sumber terpasang, verifikasi dilakukan dengan menggunakan bilik ionisasi sumur (well-ionisation chamber) ataupun dengan menggunakan bilik ionisasi farmer.

2. Untuk menentukan lokalisasi sumber
Melalui teknik pembuatan radiografi orthogonal (AP–Lateral) dengan teknik isocenter. Dilakukan dibagian simulator, dengan mengatur pergerakan dari gantry dan meja juga perhitungan faktor magnifikasi yang digunakan.

3. Kalkulasi dosis
Dengan menggunakan TPS (Treatment Planning System)


Sumber:
http://radiografer.wordpress.com/brakhiterapi/

Total Body Irradiation (TBI)

Definisi :
Total Body Irradiation adalah bentuk radioterapi yang digunakan sebagai bagian dari regimen preparative untuk sel induk haematopoietic (sum-sum tulang) transplantasi. Sesuai namanya TBI melibatkan iradiasi seluruh tubuh. TBI dalam pengaturan transplantasi sumsum tulang berfungsi untuk menghancurkan atau menekan sistem kekebalan penerima, mencegah immunologic rejection dari donor transplantasi sum-sum tulang atau sel-sel induk darah. Selain itu, dosis tinggi TBI dapat membasmi sisa sel kanker dalam penerima transplantasi, memungkinkan tranplantasi ini akan berhasil karena TBI menembus saraf pusat system secara bersamaan dengan bagian yang lainnya.

Dosis iradiasi total tubuh yang digunakan dalam transplantasi sumsum tulang biasanya berkisar dari 10 sampai >12 Gy, radiasi yang diberikan dalam variasi dosis dari linear acceleration. Untuk referensi, dengan dosis 4,5 Gy merupakan hal yang fatal bila orang dipapar tanpa perawatan medis agresif. Pada dosis tersebut, TBI merusak sumsum tulang pasien (memungkinkan sumsum donor untuk ditanamkam) dan membunuh sisa sel-sel kanker. Non-myeloablative transplantasi sum-sum tulang menggunakan dosis yang lebih rendah dari TBI, biasanya sekitar 2 Gy yang tidak merusak sumsum tulang tetapi menekan kekebalan sistem cukup untuk mempromosikan engraftment donor.

TBI dapat diberikan 2-3 kali setiap hari dan 3-4 hari berturut-turut. Pusat pengobatan VA biasanya terletak di belakang rumah sakit utama di bangunan terpisah di seberang House Fisher. Disana pasien akan dibawa ke sebuah ruangan yang dilengkapi peralatan radiasi. Ada interkom dan sistem video di dalam ruangan yang memungkinkan pasien untuk dipantau dan dikomunikasikan dengan teknisi dan perawat. Pasien akan dimonitori selama prosedur tindakan dilakukan. Selama prosedur, pasien akan diminta untuk berada dalam posisi setengah duduk, beristirahat di kursi mirip dengan kursi sepeda. Jika pasien tidak dapat berdiri untuk seluruh prosedur sampai selesai, prosedur dapat dihentikan sementara dan dimulai lagi ketika pasien setelah beristirahat sejenak. Pasien akan menerima radiasi baik dari depan maupun dari belakang dalam tindakan/ sesi yang terpisah. Akan ada jeda antara tiap tindakan/ sesi. Sebuah shielding/ perisai akrilik akan ditempatkan antara pasien dan mesin yang memberikan radiasi untuk melindungi paru-paru dan kelenjar tiroid dari radiasi. Prosedur ini tidak menimbulkan rasa sakit seperti halnya operasi. Namun, ada sisi lain efek TBI. Ini akan diawasi secara ketat, dan pasien akan diberikan pengobatan untuk meminimalkan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan efek TBI.

Efek samping
Beberapa efek samping yang lebih mungkin terjadi sebagai akibat dari TBI antara lain: mual, kelelahan, pembengkakan kelenjar di daerah tenggorokan dan perubahan kulit.
• Kulit
Kulit mengalami perubahan yang spesifik pada TBI, pada umumnya kulit menjadi kemerahan. Hal ini biasanya terjadi setelah beberapa perawatan radiasi dan menurun segera setelah pengobatan selesai. Sekitar 2-3 minggu setelah menerima radiasi TBI, kulit menjadi merah tua dan mngembang dapat berlangsung selama beberapa bulan. Pasien yang menerima radiasi total tubuh harus mandi dengan air hangat saja dan menghindari penggunaan sabun, pelembab, dan peralatan mandi lain selama pengobatan dan selama beberapa hari setelah menerima radiasi.

• Mual/ Muntah/ Diare :
Mual, muntah dan diare adalah efek samping umum yang disebabkan oleh keruskan dan sensitivitas yang meningkat dari sel-sel yang melapisi kerongkongan, lambung dan saluran usus. Efek samping ini biasanya akan kembali sembuh dengan sendiri setelah pasien mendapatkan tindakan 3-4 kali. Pasien akan diberi obat-obatan sebelum setiap dijadwalkan tindakan/pengobatan dan diperlukan pada saat pengobatan/tindakan. Jika pasien tidak dapat memenuhi kebutuhan gizinya, pasien akan menerimanya melalui IV.

• Alopecia (kehilangan rambut)
TBI mengakibatkan hilangnya banyak rambut tubuh dalam jangka waktu 1-2 minggu pengobatan. Ini terjadi karena lapisan epidemis kulit, tempat tumbuhnya kan rambut, hancur dan folikel rambut mati. Rambut pasien akan kembali tumbuh lagi dalam waktu 2-3 bulan setelah pengobatan. Seberapa banyak rambut akan tumbuh kembali tergantung pada seberapa dan jenis radiasi dan jumlah kemoterapi yang didapatkan pasien. Kulit kepala pasien mungkin lunak/sakit dan pasien harus melindunginya dari sinar matahari.

• Kelelahan
Kelelahan merupakan efek yang sangat umum dari TBI dan disebabkan oleh menigkatnya energi yang diperlukan untuk memperbaiki sel yang mengalami kerusakan. Selain itu, pasien tidak mendapatkan kebutuhan gizi yang optimal, dan beberapa obat yang pasien minum untuk efek samping yang lain dapat menurun tingkat energi pasien.

• Masalah Kulit
Pasien mungkin akan mengalami iritasi kulit. Kulit bisa memerah, kering, gatal atau kecokelatan. Pasien dapat mengalami sebuah kondisi yang dikenal sebagai “moist reaction” di area yang terdapat lipatan kulit (ketiak,pangkal paha dan payu dara). Daerah ini menjadi sangat sakit dan harus brada dalam perhatian staf medis. Obat lotion, bubuk dan langka-langkah lainnya digunakan untuk mengobati iritasi pasien. Kondisi kulit akan kebali sembuh 1-3 minggu setelah tindakan TBI. Beberapa petunjuk pambantu : memakai pakaian longgar, jangan menggosok/menggaruk kulit mengalami iritasi, hindari meletakkan sesuatu yan panas atau dingin pada kulit, jangan menggunakan lotion, bedak, krim atau minyak tubuh kecuali diresepkan oleh dokter dan hindari kontak langsung dengan sinar matahari.

• Muscositis
Muscositis adalah peradangan pada saluran cerna (termasuk, muluat, tenggorokan, lambung, usus halus dan isi perut). Air ludah pasien mungkin menjadi tebal, kental dan lengket. Pasien dapat mengalami luka di mulut pasien disebut borok; sering terbuka dan berdarah. Pasien akan dinstruksi penuh oleh staf MTU tentang cara merawat mulut dan cara untuk meminimalkan rasa tidak nyaman. Obat nyeri akan diberika,sesuai kebutuhan,untuk mencegah rasa sakit. Beberapa derajat muscositis berlanjut sampai satu bulan setelah transplanstasi.

• Penurunan jumlah darah
Sel darah putih sangat sensitif terhadapa radiasi. Sel darah putih akan berkurang secara cepat dari tingkat normal ke tingkat sangat rendah ketika diradiasi. Trombosit pasien dan hematokrit akan berkurang lebih lambat, selama 10-14 hari setelah TBI. Rendahnya tingkat sel darah putih tubuh menjadi lebih mudah mengalami infeksi. Rendahnya tingkat trombosit meningkatkan resiko pendarahan. Selama tindakan TBI, pasien akan dijaga tetap berada di unit MTU, dimana ruangan pasien secara khusus dirancang untuk meminimalakn resiko pasien dari infeksi. Pasien akan menerima trombosit dan sel darah merah yang dikemas untuk mempertahankan tingkat sel yang dapat diterima/tetap normal.

• Emosional
Hampir semua pasien yang mendapatkan tindakan/pengobatan kanker merasa tingkat emosinya/marah menjadi sedikit relatif lebih tinggi. hal ini tidak biasa merasak baik tertekan, takut, marah, frustasi, sendirian dan/atau tak berdaya pada saat itu. Radiasi dapat mempengaruhi keadaan emosi pasien secara tidak langsung melalui kelelahan, ketidakseimbangan hormon, dan efek samping lainnya. Namun, pengobatan itu sendiri tidak secara langsung menyebabkan tekanan mental. Seorang psikolog akan tersedia untuk pasien dan keluarga pasien untuk mengatasi hal tersebut agara emosi menjadi lebih tenang.

Efek jangka panjang

• Katarak
Lensa mata sangat sensitif terhadap radiasi. Katarak bisa terbentuk dalam waktu 1-3 tahun setelah tindakan/Pengobatan TBI dilakukan, karena kerusakan pada lensa mata. Hal ini dapat disembuhkan melalui operasi katarak, jika diperlukan.

• Fertilitas/ kesuburan
Radiasi menurunkan fungsi ovarium pada wanita dan kemungkinan mereka mengalami pemeberhentian menstruasi. Mereka mungkin juga mengalami pengalaman lain sperti gejala menopause, termasuk kegatalan pada alat kelamin, terbakar dan kering. Pada pria, radiasi mengurangi jumlah sperma dan efektivitas. Radiasi dapat menyebabkan mutasi genetik baik dalam sperma maupun ovum. Ini tidak berarti bahwa pasien wanita untuk tidak bisa hamil. Sedangkan untuk pasien pria dianjurkan terlebih dahulu untuk ke bank sperma sebelum prose pengobatan dilakukan, karena radiasi meningkatkan resiko kemandulan. Namun secara keseluruhan sbelum pasien mendapatkan tindakan dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter pribadinya yang lebih ahli dalam permasalahan ini.


Sumber:
http://www.babehedi.com/search/label/RADIOTERAPIhttp://www.babehedi.com/search/label/RADIOTERAPI

Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT)

Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT) adalah bentuk khusus dari 3D-CRT, radioterapi 3 dimensi yang pengoperasiannya menggunakan komputer canggih. Berbeda dengan radioterapi biasa, penggunaan IMRT dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, karena tidak terlalu menyebabkan xerostomia (mulut kering) pasca pengobatan. Teknik pengobatan menggunakan IMRT memberikan dosis radiasi maksimal pada tumor dan dosis radiasi seminimal mungkin pada jaringan normal yang berdekatan dengan tumor.
Sebagai contoh pengobatan menggunakan IMRT, penelitian ini menggunakan Surveillance Epidemiologi dan Hasil Akhir (SIER)-Medicare database untuk membandingkan komplikasi gastrointestinal dan urin laki-laki 65 tahun atau lebih tua dengan kanker prostat dalam waktu dua tahun pengobatan dengan IMRT atau 3D-CRT. Para peneliti secara khusus meneliti efek samping gastrointestinal umum seperti peradangan pada lapisan rektum (proctitis) dan perdarahan rektum, bersama dengan efek samping kemih seperti peradangan jaringan kandung kemih (sistitis) dan darah dalam urin (hematuria). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan IMRT dapat mengurangi komplikasi gastrointestinal yang terkait dengan radiasi, termasuk proctitis dan perdarahan dubur, komplikasi kencing seperti sistitis dan hematuria.

Peranan Fisika Medis mengembangkan radioterapi :

IMRT adalah membuat sebuah konsep yang tadinya kita membuat perencanaan berkas radiasi dari beberapa lapangan dan dapat dihitung distribusi dosisnya dibalik menjadi kita menentukan telebih dahulu dosis target dan organ at risk (OAR)-nya kemudian dihitung balik berapakah intensitas radiasi yang harus diberikan pada masing-masing segmen target radiasi yang dikenal dengan invers planning.
Akuratkah perhitungan yang dilakukan dengan komputer? Kita mempercayai bahwa komputer dengan algoritmanya mengeksekusi perintah yang diberikan adalah benar. Namun seperti halnya dalam sebuah pengadilan, vonis benar atau salah haruslah adalah sebuah saksi atau bukti. Oleh karena itu, bergunalah para fisikawan dan ilmuwan mendesain ionization chamber yang dapat menunjukkan berapakah dosis radiasi yang dipancarkan oleh sumber radiasi. Hasil pengukuran dengan instrumen IC dan alat pencacahnya menjadi sebuah saksi dan bukti kebenaran sebuah ekseskusi program komputer.

Dilihat dari semua di atas, peranan para fisikawan dan ilmuwan lain yang mendedikasikan dirinya untuk membangun radioterapi yang aman sangat besar. Aman dalam artian adalah membuat sebuah tatalaksana terapi dengan radiasi dengan tingkat akurasi yang tinggi dan sebisa mungkin menghidari dosis berlebih di jaringan normal dan jaringan/organ beresiko. Para ilmuwan telah berusaha membuat sebuah perangkat, teknik, dan perhitungan dosis yang akurat untuk mencapai tujuan aman.

Sumber:
 http://www.babehedi.com/search/label/RADIOTERAPIhttp://www.babehedi.com/search/label/RADIOTERAPI

MAGNETIC RESONANSI CHOLANGIOPANCREATOGRAFI (MRCP).

SEJARAH DIKETEMUKAN MRI
Pada tahun 1946 Felix Bolch (1905-1984) seorang ahli fiska dari Stanford University menerangkan teori tentang perilaku inti atom mirip magnet kecil. Pada saat yang bersamaan ditempat berbeda Edward Purcell (Harvard University).Selanjutnya pada tahun 1952 kedua orang tersebut mendapat Nobel bersama untuk  fisika tentang induksi inti atom dengan teori NMR.
Tahun 1960 Raymond Damadian : jaringan malignant akan memberi spekturm yang berbeda dengan normal, parameter NMR berbeda untuk jaringan normal dan tidak normal. Tahun 1974 Damadian membuat citra NMR tumor pada tikus, pada tahun 1976 membuat citra pada tubuh manusia.Pada Tahun yang sama Paul Lauterbur bergabung dalam penelitian yang serupa dan kemudian memberikan hasil yang sekarang ini dikenal. Pada tahun 2004 Paul Lauterbur mendapat hadiah nobel fisika.
 KELEBIHAN MRI DIBANDING MODALITAS LAIN 
                         - Tidak ada radiasi ion
- Tidak ada efek biologis
-Resolusi gambar tinggi dan dapat membuat potongan axial, sagital
  dan coronal dan oblique tanpa merubah posisi pasien. -Kontras soft tissue bagus. -Non invasif
PENGERTIAN
Magnetic Resonansi Cholangiopancreatografi ( MRCP ) merupakan pemeriksaan untuk memperlihatkan sistem billiaris dan pankreas.Sebelum ada MRI untuk memperlihatkan kelainan-kelainan yang terdapat dalam sistem billiaris dan pancreas tersebut menggunakan USG,Radiografi konvensional ( Pemeriksaan Cholecystografi ) dan CT Scan.Dengan adanya modalitas MRI 1,5 tesla maka modalitas inilah yang paling baik untuk memperlihatkan sistem billiaris dan pancreas.

TUJUAN PEMERIKSAAN MRCP
Pada dasarnya MRCP adalah pencitraan kandung empedu dan ductus biliaris baik intra maupun ektra hepatis serta ductus pancreaticus. Teknik yang digunakan yaitu teknik heavy T2W ( TR 4000,  TE 801 ) untuk mendapatkan gambar traktus biliaris tanpa memasukkan cairan kontras. Pada teknik ini cairan akan tampak lebih putih karena cairan menghasilkan sinyal yang lebih tinggi dibandingkan jaringan lunak sekitar yang tampak lebih gelap karena sinyal yang dihasilkan lebih rendah
Untuk memperlihatkan organ-organ di abdomen atas juga dibuat sequence yang lain  yaitu Axial T1W, Axial T1 fat sat, Axial T2 fat sat, Coronal T2 fat sat  Triphase 3D , Axial T1 fat sat dan Coronal T1 fat sat post kontras.
PROSEDUR PEMERIKSAAN MRCP
-Indikasi pemeriksaan
-Kontra indikasi
-Persiapan pasien
-Teknik pemeriksaan
INDIKASI PEMERIKSAAN MRCP
-Choledocholitiasis
-Cholelithiasis
-Pancreatitis
-Tumor Pancreas
-Cholangitis
- Tumor CBD
- Striktur CBD
KONTRA INDIKASI
-Pasien dengan elektrik, magnetik, atau mekanik inplant aktif ( seperti  
    cardiac pace maker ) karena medan elektromagnet atau medan magnet
    akan mempengaruhi kerja alat tersebut
-Pasien dengan klip aneurysma intracranial
PERSIAPAN PASIEN
-Puasa minimal  4 Jam sebelum pemeriksaan
-Mengisi screning form
-Menjelaskan kepada pasien kepada pasien tentang proses pemeriksaan
    dan hal-hal yang harus dilakukan  pasien pada saat pemeriksaan.
TEKNIK PEMERIKSAAN
-Persiapan alat dan bahan
a)    Spuit 50 CC, 20 CC, 10 CC
b)    Tree way stoper
c)    Extension tube
d)    Abbocath 20
e)    Na Cl 100 CC
f)     Contrast Gadolinium
                  PEMILIHAN COIL
a)    TORSO PA
b)   BODY COIL
                  PEMILIHAN SEQUENCE
a)    Pre  Contrast
·         Coronal Localizer
·         Axial T1 SPGR
·         Axial T1 Fat Sat
·         Axial  T2 FSE FS
·         Coronal T2 FSE FS
·         MRCP Thick Slice
b)   POST CONTRAS
·         Triphase  3D
·         Axial  T1 Fat Sat
·         Coronal T1 Fat Sat
PANDUAN MELIHAT GAMBAR PADA MRCP
T1 WEIGHTING
     - Gambaran Tulang – Hitam
     - Udara – Hitam
     -  Fat – Putih
     - Air - Hitam
T2 WEIGHTING
     - Gambaran Tulang – Hitam
     - Udara – Hitam
     - Fat – Putih
     - Air - Putih
PATHOLOGICAL PROCES
-Kandungan air meningkat pada daerah patologis, dan akan tampak   
    hiperintense pada T2
-Pemeriksaan dengan kontras media T1, akan memperjelas gambaran
    patologis, akan tampak hiperintense pada gambaran post kontras
CORONAL LOCALIZER
Coronal localizer dibuat untuk menentukan batas pengambilan gambar untuk sequence axial, batas atas puncak diafragma batas bawahnya sampai habis hepar.
Sumber:
 http://www.babehedi.com/search/label/MRCPhttp://www.babehedi.com/search/label/MRCP

MRA

MRA adalah visualisasi karakteristik pembuluh darah serta aliran darah dengan menggunakan pesawat MRI. Prosedur MRI dan MRA merupakan pemeriksaan komprehensif yang menggambarkan anatomi pembuluh darah (angiographic like), aliran darah serta deteksi kelainan-kelainan pada jaringan perivaskuler dan organ target.
MRA bukanlah prosedur yang dapat berdiri sendiri dan perannya tidak dapat dipisahkan dari pemeriksaan imejing lain seperti ultrasonografi (USG), CT angiography (CTA), MRI dan conventional angiography (CA). �Gold standard� untuk berbagai manifestasi penyakit penyakit vaskuler adalah CA, suatu prosedur yang invasif, mahal dan mengandung resiko tinggi.
Tujuan pemeriksaan MRA adalah menggambarkan pembuluh darah dalam konfigurasi yang serupa dengan gambaran CA.
Teknik dasar pemeriksaan MRA adalah �black-blood� dan �bright-blood� sesuai dengan gambaran pembuluh darah yang tampil pada pemeriksaan MRI konvensional. Dua mekanisme utama yang menentukan tampilan signal intravaskuler adalah �high velocity signal loss� (wash out effect) dan �flow related enhancement� (inflow effect atau entry phenomen), yang kemudian mendasari teknik bright blood MRA yaitu time of flight (TOF) dan phase contrast (PC).
TOF menggunakan mekanisme flow related enhancement, menggambarkan proton-proton yang memasuki suatu ruang. Dalam hal ini darah yang mengalir tampak �terang� dan jaringan lunak yang stasioner serta darah yang tertahan dalam suatu ruang untuk jangka waktu lama akan terlihat �gelap�. PC mengaplikasikan flow-encoding gradient, aliran darah dibedakan dari jaringan stasioner dengan menggunakan velocity-induced phase shifts, darah tampak terang karena bergerak dengan latar belakang jaringan lunak yang gelap. Bayangan gambar kemudian diproses dengan menggunakan algoritma Maximum Intensity Projection (MIP), Shaded Surface Display (SSD), atau Multi Planar Reformations (MPR), yaitu dengan pemilihan target rekonstruksi untuk menyisihkan struktur yang tidak diperlukan keluar dari area terpilih hingga didapatkan separasi pembuluh darah.
Suatu teknik modifikasi yang disebut MOTSA (multiple overlapping thin slab acquisition) atau sequential 3D TOF mengkombinasikan teknik 2D dan 3D TOF MRA.
Teknik multislab tidak banyak dipengaruhi oleh saturasi aliran, sehingga menghasilkan visualisasi pembuluh darah yang lebih baik.
Pemeriksaan MRA dengan pemberian kontras intravena (CE-MRA) memberi keuntungan dengan menampilkan anatomi pembuluh darah yang lebih detil serta mengurangi artefak. Pemberian kontras Gd-DTPA juga akan memperjelas gambaran struktur vena serta pembuluh-pembuluh darah kecil.
Untuk pemeriksaan MRA seluruh tubuh diperlukan kontras intravena dan teknik CE 3D MRA yang merupakan pilihan pada saat ini.
3 D TOF MRA memberikan resolusi spatial tinggi dengan waktu pemeriksaan yang relatif singkat. Prosedur ini dilakukan untuk visualisasi penyakit-penyakit pembuluh darah otak yang memerlukan pemeriksaan cepat. 3 D TOF MRA dapat memperlihatkan dinding arteri yang tampak gelap serta plak atau thrombus pada dinding dan lumen arteri. 3 D TOF MRA tidak sensitif untuk aliran pada bagian distal tetapi sensitif untuk jaringan dengan T1 rendah (perdarahan intraparenkim) yang akan menunjukkan intensitas signal tinggi pada 3 D TOF menyerupai aliran darah sehingga menyulitkan diagnosis.
2 D TOF MRA sensitif untuk aliran darah yang lambat, dan pada pasien-pasien yang kurang kooperatif, sequential 2 D TOF akan lebih mudah dinterpretasikan. 2 D TOF
MRA jarang digunakan untuk pemeriksaan pembuluh dari
Phase-contrast MRA sangat sensitif pada aliran darah yang lambat dan memberikan supresi intensitas signal terbesar pada bayangan latar belakang. Keterbatasan teknik ini adalah waktu pemeriksaan yang relatif panjang serta dipengaruhi pulsasi pembuluh darah

Sumber:
http://www.babehedi.com/search/label/MRAhttp://www.babehedi.com/search/label/MRA

Senin, 20 Mei 2013

Mengenal USG Dan Manfaat USG

Mengenal USG
Perlu tidak, sih, USG saat hamil? Mari kita mengenalinya lebih jauh.
“Sudah di-USG, Bu?” Pertanyaan itu kerap muncul dan ditujukan pada ibu hamil. Seolah-olah pemeriksaan dokter belum komplit tanpa USG. Pada kenyataannya memang saat ini USG tak bisa dipisahkan dari pemeriksaan kehamilan. Sebenarnya apa, sih, USG itu? Dan mengapa sangat diperlukan dalam pemeriksaan kehamilan?
USG adalah singkatan dari ultrasonografi. Yaitu suatu alat yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi yang dipancarkan oleh suatu penjejak (yang disebut transduser) pada suatu organ yang diperiksa. “Jadi, pemeriksaan USG tidak memakai sinar X atau rontgen untuk menghasilkan gambar janin,” terang dr. Judi Januadi Endjun, SpOG, sonologist, dari RSPAD Gatot Subroto/UPN Veteran Jakarta.
Lantas, gema kembali (echo) akan diterima dan dipancarkan kembali oleh transduser. Selanjutnya, akan diubah menjadi bentuk gambar titik-titik pada layar monitor. Dengan demikian dokter dan ibu hamil dapat melihat janin. Walaupun gambar yang dihasilkan belum sempurna, namun ahli USG akan dapat menunjukkan bagian mana yang kepala dan mana yang kaki pada gambar yang masih kabur tersebut.
Kemajuan teknologi membuat hasil USG saat ini jauh lebih baik. Jika dulu gambar yang dihasilkan kasar. Namun dengan teknologi baru yang disebut USG 3 Dimensi, tampilan gambarnya lebih jelas dan dapat berwarna. “Kita sudah bisa lihat profil muka si bayi ini, seperti layaknya orang bikin patung. Memang masih nampak kasar dan belum seperti pasfoto. Namun demikian kita sudah bisa lihat kalau hidungnya pesek atau bila ada kelainan seperti bibir sumbing,” jelas Judi.
Selain itu, alat ini memungkinkan kita mendapat gambaran yang lebih jelas tentang berbagai hal yang menyangkut kondisi janin pada setiap tahap perkembangannya. Karena alat ini memungkinkan untuk melihat organ-organ janin dari berbagai sudut. Sayangnya mengingat mahalnya alat ini belum semua rumah sakit bisa memilikinya.
Namun demikian harap diingat, USG itu hanya alat bantu untuk diagnostik. Jangan dibalik, kata Judi, “seakan-akan kalau tidak USG, dokter tidak bisa membuat diagnosa,” lanjutnya. USG hanya menjadi alat bantu untuk sesuatu yang belum jelas. “Dengan USG, kehamilan bisa diketahui lebih jelas, misalnya umur kehamilan atau bisa diketahui lokasinya di dalam kandungan atau tidak.”
CARA KERJA
Untuk diketahui, USG bekerja dengan cara memanfaatkan gelombang ultrasonik sebagai prinsip kerjanya. Jadi bukan dengan sinar X, seperti yang diduga awam. “Itulah sebabnya,” kata Judi, “USG asalkan dikerjakan oleh ahlinya, ‘relatif’ aman buat ibu dan janinnya.”
USG mempunyai frekuensi gelombang suara di atas 20 KHz (20. 000 gelombang per detik). Sebagai perbandingan gelombang suara yang dapat kita dengar sehari-hari adalah 20-20.000 Hz. Untuk keperluan diagnostik dibutuhkan sumber suara dengan frekuensi 1-20 MHz. “Namun yang digunakan pada umumnya adalah 3,5 MHz, 5 MHz, serta 7,5 MHz.” Penggunaan 3,5 Mhz atau lebih untuk USG perabdominam dan 5 Mhz atau lebih untuk USG pervaginam.
Kendati relatif aman, sebaiknya USG dilakukan 2 kali selama kehamilan, yaitu saat hamil muda (trimester I) dan trimester II (pada masa kehamilan 18-20 minggu). “Sedangkan pada trimester III biasanya dilakukan hanya atas indikasi.”
Mengapa demikian? “Karena USG ini menggunakan gelombang frekuensi tinggi. Sehingga sebaiknya jika memang tidak perlu sekali jangan terlalu sering menggunakan USG. Selain itu tidak ada manfaatnya, kecuali kalau ada indikasi medisnya.” Tidak itu saja, “kalau dilakukan tiap kali pemeriksaan juga akan jadi beban pasien. Bukankah ia harus membayar biaya pemeriksaan tersebut?”
Dan karena penggunaan gelombang frekuensi tinggi, sebaiknya USG ditangani oleh dokter yang ahli di bidang ini. “Dokter yang menanganinya harus yang punya sertifikat. Sertifikat ini dapat diperoleh dengan mengikuti pendidikan mengenai USG di PUSKI. Dengan demikian USG akan menjadi aman digunakan.”
Karena, ujar Judi, jika USG ini sembarangan dipakai bukan oleh ahlinya, “bisa terjadi ia tak tahu berapa lama waktu yang harus digunakan. Pada percobaan di laboratorium, sel yang dikenai gelombang frekuensi tinggi dalam waktu yang lama akan menjadi panas dan rusak. Nah, kalau sel otak yang kena, bisa jadi ada salah satu struktur syaraf yang jadi rusak. Bayangkan saja jika pusat penglihatan yang kena, bagaimana bayinya nanti, kan?”
DUA PEMERIKSAAN
Secara umum, pemeriksaan USG yang digunakan di bidang ilmu kebidanan ada 2 macam, yaitu perabdominal (lewat perut) dan pervaginal (lewat vagina). Cara lain bisa transperineal atau transrektal.
Pemeriksaan USG perabdominal biasanya dilakukan pada kehamilan yang sudah cukup besar (lebih dari 12 minggu). “Karena ukuran janin yang sudah cukup besar, sehingga diperlukan probe (transduser yang mirip mikrofon) yang lebih
besar pula. Karena memang tak memungkinkan untuk lewat vagina.”
Sedangkan pemeriksaan USG pervaginal biasanya dilakukan pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Dengan dilakukan di usia muda kehamilan inilah maka kita dapat menentukan secara lebih pasti usia janin. Juga jumlah janin (kembar atau tidak), ukurannya, lokasi, denyut jantung, dan keadaan uterus maupun organ-organ di sekitarnya.
“Dengan diketahuinya kelainan-kelainan pada janin secara dini maka memungkinkan bagi dokter untuk bertindak lebih cepat sehingga memberikan hasil yang lebih optimal.”
Selain itu, dengan pemeriksaan USG pervaginal, probe USG bisa lebih dekat ke organ genetalia interna. Probe inilah yang akan merekam gelombang suara yang dipantulkan oleh organ-organ tubuh si janin. Nah, dengan lebih dekat ke janin maka memungkinkan untuk mendapat gambaran yang lebih jelas. “Selain itu, pasien juga jadi tak perlu repot untuk menahan air kencingnya.”
Perlu diketahui untuk pemeriksaan USG perabdominal ibu hamil akan diminta menahan air kencingnya sebelum pemeriksaan. Karena pada kehamilan trimester I, organ genitalia intern masih berada di bawah rongga panggul. Tertutup oleh massa usus yang berisi gas, selain juga dilindungi oleh tulang panggul sehingga menghalangi penjalaran gelombang USG. Untuk mengatasi hal itu harus dibantu dengan kandung kemih yang penuh. Dengan demikian kandung kemih itu akan mendesak massa usus keluar dari rongga panggul sehingga rahim terdesak lebih jauh. Itulah mengapa sering dikatakan juga air kemih itu sebagai jendela ventilasi untuk meneropong ke dalam.
Yang jelas para ibu tidak perlu khawatir bahwa pemeriksaan pervaginal ini akan menyebabkan perdarahan atau keguguran . “Karena pemeriksaannya tidak memerlukan manipulasi atau penekanan pada rahim.”
Sedangkan yang melalui perut, si ibu hamil harus berbaring telentang dan perutnya akan diberi minyak atau jelly. Kemudian sebuah transduser digerakkan perlahan-lahan di permukaan perut. “Pemakaian jelly ini berguna karena di atas kulit terdapat lapisan udara yang dapat memantulkan kembali gelombang suara yang datang.”
Nah, kini sudah jelas mengapa USG itu diperlukan. Dengan bantuan dokter ahli di bidang ini, ibu hamil akan melihat bagian-bagian dari calon bayinya, dari kepala, kaki, bokong, atau tulang punggung si janin sampai jenis kelamin. Dan yang paling penting, bisa mendeteksi adanya kelainan.
Indah Mulatsih
Aneka Manfaat USG
Para ibu sering salah menafsirkan manfaat pemeriksaan USG ini. “Sering, kan, ibu-ibu hamil yang menolak pemeriksaan USG karena merasa tidak perlu untuk memeriksa jenis kelamin anaknya.” Padahal, menurut Judi, USG itu bukan hanya semata-mata untuk melihat jenis kelamin janin. “Banyak manfaatnya. Terlebih lagi bagi ibu yang mempunyai riwayat obstetrik buruk. Misalnya, memiliki kehamilan ektopik, kista, mioma, atau bayinya cacat.”
Di antara manfaatnya adalah:
* Pada kehamilan trimester I:
- Menduga usia kehamilan dengan mencocokkan ukuran bayi.
- Menentukan kondisi bayi jika ada kemungkinan adanya kelainan atau cacat bawaan.
- Meyakinkan adanya kehamilan.
- Menentukan penyebab perdarahan atau bercak darah dini pada kehamilan muda, misalnya kehamilan ektopik.
- Mencari lokasi alat KB yang terpasang saat hamil, misalnya IUD.
- Menentukan lokasi janin, di dalam kandungan atau di luar rahim.
- Menentukan kondisi janin jika tidak ada denyut jantung atau pergerakan janin.
- Mendiagnosa adanya janin kembar bila rahimnya terlalu besar.
- Mendeteksi berbagai hal yang mengganggu kehamilan, misalnya adanya kista, mioma, dsb.
Pada kehamilan trimester II & III:
- Untuk menilai jumlah air ketuban. Yaitu bila pertumbuhan rahim terlalu cepat disebabkan oleh berlebihnya cairan amnion atau bukan.
- Menentukan kondisi plasenta, karena rusaknya plasenta akan menyebabkan terhambatnya perkembangan janin.
- Menentukan ukuran janin bila diduga akan terjadi kelahiran prematur. “Jadi, lebih ke arah pertumbuhan janinnya normal atau tidak.”
- Memeriksa kondisi janin lewat pengamatan aktivitasnya, gerak nafas, banyaknya cairan amnion, dsb.
- Menentukan letak janin (sungsang atau tidak) atau terlilit tali pusar sebelum persalinan.
- Untuk melihat adanya tumor di panggul atau tidak.
- Untuk menilai kesejahteraan janin (bagaimana aliran darah ke otaknya, dsb).
“Dengan demikian, jika hasilnya menunjukkan hasil yang tidak normal, maka kita dapat bertindak lebih cepat untuk menyelamatkan janin. Karena gangguan aliran darah pada janin dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat dan pada keadaan yang sudah berat dapat mengakibatkan kematian.”
Nah, dengan melihat begitu banyak manfaatnya, tentunya akan rugi jika tidak melakukan USG. “Kerugiannya, ia jadi tidak tahu bayinya cacat atau tidak.”

Sumber:
 http://yuwielueninet.wordpress.com/2008/03/25/mengenal-usg-dan-manfaat-usg/http://yuwielueninet.wordpress.com/2008/03/25/mengenal-usg-dan-manfaat-usg/

Pencitraan resonansi magnetik

Pencitraan resonansi magnetik (bahasa Inggris: Magnetic Resonance Imaging, MRI) ialah gambaran potongan cara singkat badan yang diambil dengan menggunakan daya magnet yang kuat mengelilingi anggota badan tersebut. Berbeda dengan "CT scan", MRI tidak memberikan rasa sakit akibat radiasi karena tidak digunakannya sinar-X dalam proses tersebut.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menghasilkan gambar organ dalam pada organisme hidup dan juga untuk menemukan jumlah kandungan air dalam struktur geologi. Biasa digunakan untuk menggambarkan secara patologi atau perubahan fisiologi otot hidup dan juga memperkirakan ketelusan batu kepada hidrokarbon.

Cara kerja MRI

  1. Pertama, putaran nukleus atom molekul otot diselarikan dengan menggunakan medan magnet yang berkekuatan tinggi.
  2. Kemudian, denyutan/pulsa frekuensi radio dikenakan pada tingkat menegak kepada garis medan magnet agar sebagian nuklei hidrogen bertukar arah.
  3. Selepas itu, frekuensi radio akan dimatikan menyebabkan nuklei berganti pada konfigurasi awal. Ketika ini terjadi, tenaga frekuensi radio dibebaskan yang dapat ditemukan oleh gegelung yang mengelilingi pasien.
  4. Sinyal ini dicatat dan data yang dihasilkan diproses oleh komputer untuk menghasilkan gambar otot.
Dengan ini, ciri-ciri anatomi yang jelas dapat dihasilkan. Pada pengobatan, MRI digunakan untuk membedakan otot patologi seperti tumur otak dibandingkan otot normal.
Teknik ini bergantung kepada ciri tenang nuklei hidrogen yang dirangsang menggunakan magnet dalam air. Bahan contoh ditunjukkan seketika pada tenaga radio frekuensi, yang dengan kehadiran medan megnet, membuatkan nuklei dalam keadaan bertenaga tinggi. Ketika molekul kembali menurun kepada normal, tenaga akan dibebaskan ke sekitarnya, melalui proses yang dikenal sebagai relaksasi. Molekul bebas menurun pada ambang normal, tenang lebih pantas. Perbedaan antara kadar tenang merupakan asas gambar MRI--sebagai contoh, molekul air dalam darah bebas untuk tenang lebih pantas, dengan itu, tenang pada kadar berbeda berbanding molekul air dalam otot lain.

Penamaan MRI

Walaupun perilaku nuklir atomik terhadap contoh adalah hal terpenting bagi teknik ini, akan tetapi penggunaan istilah nuklir dihindari. Hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan kebingungan maupun kekhawatiran yang timbul sebagai akibat adanya kaitan antara perkataan "nuklir" dengan teknologi yang digunakan dalam senjata nuklir dan risiko bahan radioaktif. Berbeda dengan teknologi senjata nuklir, nuklei berkait dengan MRI yang ada dan sedia ada samaada teknik ini digunakan atau tidak.

Kelebihan MRI

Salah satu kelebihan tinjau MRI adalah, menurut pengetahuan pengobatan masa kini, tidak berbahaya kepada orang yang sakit. Berbanding dengan CT scans "computed axial tomography" yang menggunakan aksial tomografi berkomputer yang melibatkan dos radiasi mengion, MRI hanya menggunakan medan magnet kuat dan radiasi tidak mengion "non-ionizing" dalam jalur frekuensi radio. Bagaimanapun, perlu diketahui bahwa orang sakit yang membawa benda asing logam (seperti serpihan peluru) atau implant terbenam (seperti tulang Titanium buatan, atau pacemaker) tidak boleh dipindai di dalam mesin MRI, disebabkan penggunaan medan megnet yang kuat.
Satu lagi kelebihan scan MRI adalah kualitas gambar yang diperoleh biasanya mempunyai resolusi lebih baik berbanding CT scan. Lebih-lebih lagi untuk scan otak dan tulang belakang walaupun mesti dicatat bahwa CT scan kadangkala lebih berguna untuk cacat tulang.
Membayangkan kepentingan asas dan aplikasi MRI dalam bidang obat-obatan, Paul Lauterbur dan Sir Peter Mansfield dianugerahi Hadiah Nobel pada 2003 dalam Fisiologi atau Kedokteran untuk penemuan mereka atas MRI.

Sumber:
 http://id.wikipedia.org/wiki/Pencitraan_resonansi_magnetikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Pencitraan_resonansi_magnetik

CT Scan

CT Scan (Computed Tomography Scanner) merupakan alat penunjang diagnosa yang mempunyai aplikasi yang universal untuk pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti susunan saraf pusat, otot dan tulang, tenggorokan dan rongga perut. CT-Scanner menggunakan radiasi nuklir seperti neutron, sinar gamma dan sinar-x.
CT-Scan (computed tomography) pertama kali digunakan untuk diagnosa kedokteran pada awal tahun 1970-an. Teknik diagnosa ini dilakukan dengan melewatkan seberkas sinar-X terkolimasi (lebar ±2 mm) pada tubuh pasien dan berkas radiasi yang diteruskan ditangkap oleh suatu sistem detektor. Sumber sinar-X berikut detektor bergerak di suatu bidang mengitari tubuh pasien. Berdasarkan perbedaan respon detektor pada berbagai posisi penyinaran kemudian dibuat suatu rekonstruksi ulang untuk mendapatkan gambar bidang tomografi dari objek (pasien) yang disinari.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang kuat suatu kelainan, yaitu :
 Gambaran lesi dari tumor, hematoma dan abses.
 Perubahan vaskuler : malformasi, naik turunnya vaskularisasi dan infark.
 Brain contusion.
 Brain atrofi.
 Hydrocephalus.
 Inflamasi.
Peralatan CT-Scan terdiri dari :
• Meja tempat pasien
• Gantry scanning yang berisi sumber sinar-X terkolimasi dan susunan detektor
• Perangkat elektronik untuk akuisisi data
• Generator sinar-X
• Komputer, TV-monitor berikut panel kontrol
Meja pasien dan gantry scanning harus dapat menempatkan posisi pasien pada posisi yang tepat, akurat dan nyaman, sehingga dari proses rekonstruksi akan didapatkan hasil tomografi yang benar. Tegangan sinar-X yang digunakan bervariasi dari 50-150 kV dengan kuat arus antara 0-600 mA. Gambar bidang tomografi yang ditampilkan pada layar monitor komputer selanjutnya dapat dibuatkan film fotografi (seperti pada diagnostik konvensional), dicetak pada printer ataupun disimpan dalam disket (floppy disk).


Penggunaan
CT-scan ini paling banyak digunakan untuk melihat potongan penampang lintang dari susunan syaraf pusat (otak) manusia. Pasien yang akan diperiksa harus tidur di meja pasien. Setelah didapatkan posisi yang dikehendaki, kemudian dilakukan pengambilan data yang diatur dari panel kontrol. Panel kontrol ini harus terletak di ruang pemeriksaan. Pengambilan data ini bisa memakan waktu beberapa menit, tergantung dari jenis pemeriksaan dan tipe pesawat CT-scan yang digunakan.
Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan proses rekonstruksi untuk mendapatkan gambar. Proses rekonstruksi ini merupakan suatu pekerjaan yang sangat komplek dan hanya dilakukan dengan komputer, sehingga teknik diagnosa ini dikenal computerized tomography atau computed tomography. Seperti halnya pada diagnostik sinar-X konvensional, CT-scan ini juga kurang baik untuk pemeriksaan bagian/organ tubuh yang bergerak. Sehingga sampai saat ini CT-scan lebih banyak digunakan untuk pemeriksaan bagian kepala.
Aspek Proteksi Radiasi

Untuk setiap pemeriksaan, seorang bisa menerima dosis radiasi sampai dengan 10 mSv (1 rem) pada bagian tubuh yang sangat sempit. Karena dapat memberikan dosis cukup tinggi, maka pesawat CT-scan harus ditempatkan pada ruang khusus yang berpenahan radiasi cukup. Selama pengambilan data, operator/radiografer tidak diperkenankan berada di dalam ruang pemeriksaan. Ruangan perlu diberikan tanda-tanda/lampu ketika pemeriksaan sedang berlangsung. Disain dinding penahan radiasi adalah seperti halnya pada pesawat sinar-X konvensional
SISTEM CT SCANNER
a. Sistem Pemroses Citra
Sistem pemroses citra merupakan bagian yang secara langsung berhadapan dengan obyek yang diamati (pasien). Bagian ini terdiri atas sumber sinar-x, sistem kontrol, detektor dan akusisi data. Untuk mengetahui seberapa banyak sinar-x dipancarkan ke tubuh pasien, maka dalam peralatan ini juga dilengkapi sistem kontrol yang mendapat input dari komputer.
b. Sistem Komputer dan Sistem Kontrol
Bagian komputer bertanggung jawab atas keseluruhan sistem CT Scanner, yaitu mengontrol sumber sinar-x, menyimpan data, dan mengkonstruksi gambar tomografi. Komputer terdiri atas processor, array processor, harddisk dan sistem input-output.
c. Rekonstruksi
Banyak metode yang dapat digunakan untuk merekonstruksi gambar tomografi, mulai dari back projection sampai konvolusi. Metode back projection menggunakan pembagian pixel-pixel yang kecil dari suatu irisan melintang. Pixel didasarkan pada nilai absorbsi linier yang kemudian disusun menjadi sebuah profil dan terbentuklah sebuah matrik. Rekonstruksi dilakukan dengan jalan saling menambah antar elemen matrik. Untuk mendapatkan gambar rekonstruksi yang lebih baik, maka digunakan metode konvolusi. Proses rekonstruksi dari konvolusi dapat dinyatakan dalam bentuk matematik yaitu transformasi Fourier. Dengan menggunakan konvolusi dan transformasi Fourier, maka bayangan radiologi dapat dimanipulasi dan dikoreksi sehingga dihasilkan gambar yang lebih baik.
Manfaat CT Scanner
CT Scanner memiliki kemampuan yang unik untuk memperhatikan suatu kombinasi dari jaringan, pembuluh darah dan tulang secara bersamaan. CT Scanner dapat digunakan untuk mendiagnose permasalahan berbeda seperti :
 Adanya gumpalan darah di dalam paru-paru (pulmonary emboli)
 Pendarahan di dalam otak ( cerebral vascular accident)
 Batu ginjal
 Inflamed appendix
 Tulang yang retak
 Kanker otak, hati, pankreas, tulang, dan lain-lain
Prinsip Kerja CT Scanner

Bagan Prinsip Kerja CT Scanner
Dengan menggunakan tabung sinar-x sebagai sumber radiasi yang berkas sinarnya dibatasi oleh kollimator, sinar x tersebut menembus tubuh dan diarahkan ke detektor. Intensitas sinar-x yang diterima oleh detektor akan berubah sesuai dengan kepadatan tubuh sebagai objek, dan detektor akan merubah berkas sinar-x yang diterima menjadi arus listrik, dan kemudian diubah oleh integrator menjadi tegangan listrik analog. Tabung sinar-x tersebut diputar dan sinarnya di proyeksikan dalam berbagai posisi, besar tegangan listrik yang diterima diubah menjadi besaran digital oleh analog to digital Converter (A/D C) yang kemudian dicatat oleh komputer. Selanjutnya diolah dengan menggunakan Image Processor dan akhirnya dibentuk gambar yang ditampilkan ke layar monitor TV. Gambar yang dihasilkan dapat dibuat ke dalam film dengan Multi Imager atau Laser Imager.
Pemprosesan data
Sinar sempit (narrow beam) yang dihasilkan oleh X-ray didapatkan dari perubahan posisi dari tabung X-ray, hal ini juga dipengaruhi oleh collimator dan detektor. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :

Collimator dan Detektor
Sinar X-ray yang telah dideteksi oleh detektor kemudian dikonversi menjadi arus listrik yang kemudian ditransmisikan ke komputer dalam bentuk sinyal melaui proses berikut :
Proses pembentukan citra
Setelah diperoleh arus listrik dan sinyal aslinya, maka sinyal tadi dikonversi ke bentuk digital menggunakan A/D Convertor agar sinyal digital ini dapat diolah oleh komputer sehingga membentuk citra yang sebenarnya.
Hasilnya dapat dilihat langsung pada monitor komputer ataupun dicetak ke film. Berikut contoh citra yang diperoleh dalam proses scanning menggunakan CT Scanner :
Hasil whole body scanning

Hasil scanning pada kepala pasien
Daftar Pustaka
http://www.primamedika.com/radiology.htm
http://www.elektroindonesia.com/elektro/no3d.html
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/ct-scan/
http://en.wikipedia.org/wiki/Computed_tomography
NN, Alat Radiologi IV. Akademi Teknik Elektromedik
Hasan, Ir. Fakultas Teknik Universitas Pakuan, Bogor
Nugroho, Bintoro Siswo. Inspeksi Pemalsuan Produk dengan Teropong
Otak. http:\\ www.fisik@net.htm. 2006x
http://www.MedistraHospital.htm. Helical CT Scan. 2004



HIGH KV TEHNIK

Variasi kv pada teknik permeriksaan adalah salah satu yang biasa digunakan untuk proyeksi tertentu tergantung pada ukuran ketebalan badan. Dan pemberian nilai milliampere-second juga disesuaikan untuk masing-masing badan yang diperiksa.
Sistem teknik yang menggunakan variasi kilo-voltage memiliki keuntungan yang menjanjikan dalam variasi ekspose pada ketebalan badan yang berbeda-beda. Kenaikan kilovoltage yang terus meningkat dapat mengurangi kontras pada radiografi. Penurunan nilai kontras dapat terjadi jika KiloVoltage awal terlalu rendah menyediakan penetrasi yang cukup dari organ itu.
Suatu penurunan kontras diperbolehkan ketika kilovoltage terlalu tinggi dapat mengurangi kemampuan radiolog untuk melihat detil yang bagus di gambaran organ. Pemanfaatan sistem variasi kilovoltage harus mampu dalam penetrasi/daya tembus yang cukup dari bagian organ tersebut dan hasil tingkatan nilai kontras itu bisa diterima oleh radiolog
Ada tiga faktor yang mempengaruhi nilai dari kontras. Faktor yang utama adalah untuk mengontrolan kontras yang bergantung pada kVp/mAs. Faktor yang kedua, tidak kalah penting adalah kendali dari pancaran radiasi untuk menghindari produksi radiasi dalam jumlah yang berlebihan dalam mengaburkan gambaran. Faktor yang lain yang mempengaruhi skala dari kontras adalah penggunaan dari IS.
Sehingga pada pertemuan kali ini, kami memaparkan atau menjelaskan tentang pemanfaat penggunaan variasi kv yang berbeda.
2. Tujuan
Dilakukan nya pemeriksaan dengan beberapa faktor eksposi yang berbeda khususnya dari kV (Kilo-voltage) ini bertujuan untuk mengetahui seberapa pentingnya pengaruh faktor eksposi khusus nya kV terhadap gambaran radiografi
3. Pengertian High kV Technique
1. Definisi Teknik High kV menurut Bushong (1988)
Teknik High kV merupakan teknik radiografi yang menggunakan faktor eksposi dengan kV tinggi yaitu lebih dari 100 kV, sehingga perbedaan densitas antar tulang, jaringan, dan udara menjadi relative homogen.
2. Definisi Teknik High kV menurut Clark (1974)
Teknik High kV merupakan teknik yang sangat mengutamakan waktu eksposi yang sangat rendah. Teknik ini sangat efektif untuk mengontrol ketidaktajaman karena pergerakan dari objek yang tidak disengaja dan menyebabkan gambaran menjadi kabur. Teknik High kV dapat digunakan untuk pemeriksaan angiografi karena memerlukan waktu yang singkat, dan juga pada teknik pemeriksaan tulang.

3. Definisi Teknik High kV menurut Van Der Plats (1972)

Teknik High kV merupakan teknik pada bidang radiologi dengan memanfaatkan tegangan (kV) tinggi dengan menurunkan nilai mAs untuk menghasilkan gambaran radiografi yang sama dengan kondisi kV standar pada sebuah pemeriksaan radiologi. Gambaran radiografi dihasilkan oleh 2 variable yaitu kV dan mAs, kedua variable ini sangat mempengaruhi satu sama lain, jika kV naik maka mAs akan berkurang, untuk ukuran ketebalan yang sama dan begitu juga sebaliknya jika kV turun maka nilai mAs naik.
4. Tujuan penggunaan High kV Technique
Teknik High kV yang di gunakan pada bidang radiology khususnya radiodiagnostik sering banyak digunakan pada pemeriksaan-pemeriksaan dengan klinis tertentu contohnya organ-organ yang berupa tulang. Penggunaan teknik high kV ini bermaksud untuk mendapatkan gambaran yang homogen antara tulang, jaringan, dan udara dengan mendapatkan perbandingan densitas yang hampir sama.
5. Hal - hal yang harus diperhatikan saat penggunaan high kv technique
Salah satu peralatan yang digunakan dalam bidang kedokteran terutama di bidang radiologi adalah pesawat sinar x. Pesawat sinar x dalam setiap pemeriksaan selain memberikan keuntungan dalam mendiagnosa suatu penyakit juga mempunyai efek yang merugikan bagi kesehatan tubuh apabila dosis radiasi yang di terima pada tubuh cukup besar. Oleh karena itu perlu diperhatikan faktor eksposi yang diberikan ke pasien agar aspek proteksi radiasi yang dalam pemeriksaan radiografi pasien harus menerima penyinaran serendah mungkin tanpa mengabaikan tujuan utama dari pemeriksaan tersebut.
Untuk mengatasi hal tersebut dapat digunakan teknik kv tinggi. Akan tetapi perlu diperhatikan, hal-hal sebagai berikut :
1. Perlu kv tinggi atau diatas 100 kv
2. Untuk mengurangi hamburan menggunakan grid dengan rasio tinggi 10:1 sampai dengan 12 :1
3. Menggunakan kolimasi yang baik atau secukupnya
4. Kapasitas pesawat sinar-x minimal 500 mA
5. Kaset Green sensitife dengan karakteristik Low speed
6. Film Green sensitife dengan karakteristik Low speed

Selain itu ada beberapa rumus tentang pengolahan teknik high kV, berikut rumus-rumus yang mendasari teknik high kV :
A. Van der plats
- 15% nilai kV naik, maka mAs turun setengah
- 15% nilai kV turun, maka mAs naik dua kali lipat
Contoh : kV dari 60 kV dengan 30 mAs jika ditambah menjadi kV = 69 kV, maka mAs menjadi 15 mAs tapi bila kita turunkan jadi 51 kV maka nilai mAs menjadi 60 mAs.
B. Rumus 10 kV Rule
- Jika kV naik sebesar 10 kV, maka mAs akan berkurang menjadi setengahnya
- Jika kV turun sebesar 10 kV, maka mAs akan naik menjadi setengahnya.
6. Hubungan mAs terhadap gambaran
Kenaikan mAs akan diikuti dengan banyaknya jumlah elektron yang dihasilkan dan mempengaruhi banyaknya foton sinar-x yang dihasilkan atau dengan kata lain mAs berhubungan dengan kuantitas sinar-x yang dihasilkan, kuantitas sinar-x akan mempengaruhi densitas gambaran pada film yang dihasilkan, maka semakin tinggi mAs yang digunakan akan semakin tinggi densitas yang dihasilkan.

7. Hubungan mAs terhadap kV
Kenaikan mAs akan mengikuti kenaikan kV yang digunakan untuk menghasilkan sebuah gambaran pada film. Jika pada objek yang lebih tebal, supaya sinar-x bisa menembus objek tersebut dengan baik, maka akan digunakan kV yang lebih tinggi. Karena kV yang digunakan lebih tinggi maka untuk mengimbanginya digunakan juga mAs yang lebih tinggi (Ball and Price, 1990). Misalnya pada pemeriksaan os manus diberikan kV sebesar 44 dan mAs sebesar 4, maka jika dilakukan pemeriksaan thorax akan diberikan kV sebesar 58 dan mAs sebesar 6.

Pada kisaran kV tertentu antara 60-80 kV terdapat kecenderungan semakin tinggi kV yang digunakan akan semakin menurun mAs nya. Hal ini didasarkan pada aturan 10 kV (10 kV’s Rule). Aturan 10 kv menyebutkan bahwa jika kV naik 10 kV, maka mAs akan turun 50% dari semula dan jika kV turun 10 kV, maka mAs akan naik 50% dari semula. Untuk penggunaan kV yang tinggi atau biasa disebut dengan teknik kV tinggi dengan kisaran kV mulai dari 100 kV ke atas, mAs cenderung menjadi sangat rendah. Hal ini didasarkan pada rumus hubungan antara kV dengan mAs di bawah ini :
(kV 1)4 x mAs 1 = (kV 2)4 x mAs 2
Keterangan :
kV 1 = kV awal sebelum diubah
mAs 1 = mAs awal sebelum diubah
kV 2 = kV sesudah diubah
mAs 2 = mAs sesudah diubah
8. Keuntungan dan kerugian penggunaan high kv technique
1. Keuntungan penggunaan teknik High kV :
* Batasan tegas densitas jaringan dapat tervisualisasikan di film
* Mengurangi waktu eksposi lebih singkat dengan pemberian mAs yang kecil
* Panas tabung sinar x berkurang dan akan membuat pesawat menjadi lebih awet
* Lebih besar latitud eksposi
* Dengan mA yang kecil menjadikan fokus yang baik
* Dosis radiasi pasien berkurang di banding dengan teknik biasa bahkan berkurang hingga 80%
* Penggunaan mAs rendah memungkinkan penggunaan fokus kecil sehingga gambaran lebih tajam ( Menurut Glenda J. Bryan )
* Penggunaan mAs rendah memungkinkan terjadinya waktu eksposi singkat sehingga mampu menghindari movement unsharpness (Menurut Glenda J. Bryan)
* Dengan kV tinggi densitas lebih merata (Menurut Phillip W. Ballinger)
* Dengan mAs yang lebih kecil dari teknik kV biasanya sehingga waktu eksposi lebih rendah, kemudian movement unsharpness nya dapat teratasi lalu dengan fokus kecil maka geometri unsharpness juga dapat teratasi. (Menurut Phillip W. Balingger)
2. Kerugian penggunaan teknik High kV :
* Memerlukan pesawat sinar-x yang memiliki kv besar
* Radiasi hambur meningkat sehingga memerlukan grid beratio tinggi
* Mengurangi detail dan kontras di struktur jaringan
* Dosis yang diterima gonad besar pada pemeriksaan thoraks
* Penetrasi atau daya tembus beresiko besar untuk pembuluh darah kecil
* Detail pada tulang kurang terutama pada foto-foto tulang
* Pada tomogram memiliki kontras yang kurang baik
* Memerlukan peralatan tambahan khusus (Menurut Glenda J. Bryan)
9. Kesimpulan
Dengan penggunan kv tinggi, dosis radiasi yang diterima pasien berkurang dan gambaran yang dihasilkan cukup baik, sehingga umur pesawat rontgen lebih lama karena disebabkan oleh panas yang di terima tabung sinar x berkurang atau tidak terlalu panas.
Dalam pemeriksaan banyak menggunakan variasi kv untuk mendapatkan hasil dengan nilai kontras yang berbeda, sehingga dapat disimpulkan :
Kontras Tinggi : mAs tinggi + kVp rendah
Kontras Rendah : mAs rendah + kVp tinggi
10. Saran
— Bila ingin menghasilkan gambaran dari suatu jaringan, tulang ,udara dengan densitas yang hampir sama antara ketiganya sebaiknya menggunakan teknik kv tinggi.
— Untuk mengurangi dosis radiasi terhadap pasien, salah satu caranya adalah dengan penggunaan teknik kV tinggi.

Sumber:
  http://www.babehedi.com/search/label/HIGH%20kV%20TEKNIKhttp://www.babehedi.com/search/label/HIGH%20kV%20TEKNIK

TEKNIK RADIOGRAFI DASAR

Teknik radiografi dasar atau biasa di singkat tekrad adalah ilmu yang mempelajari tata cara pemotretan dengan menggunakan sinar - x ( sinar Roentgen ) untuk membuat gambar Radiografi ( gambar Roentgen ) yang baik, yang dapat di pakai untuk menegakkan Diagnosa.
Istilah “memotret” kecuali di kenal dalam Fotografi, juga dikenal dalam Radiografi. Tetapi untuk membedakan dua hal tersebut maka perlu dilihat dari tiga hal sebagai berikut :
1. Dalam penggunaan sinarnya, Fotografi menggunakan cahaya biasa sedang dalam Radiografi yang di gunakan adalah sinar - x ( sinar Roentgen ).
2. Dalam prinsip pemotretannya, Fotografi menggunakan lensa untuk menangkap cahaya yang di pantulkan oleh obyek, untuk kemudian diteruskan ke film. Sedangkan dalam Radiografi, sinar - x menembus obyek dan ditangkap oleh film.
3. Dalam peralatannya, radiografi membutuhkan jenis peralatan yamg lebih besar dan lebih rumit lagi. 
1. Pengaturan Pasien : 
Dalam melakukan pemotretan, maka pasien perlu diatur sedemikianian rupa baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian, sehingga memudahkan pelaksanaan pemotretan pada bagian yang di perlukan. Untuk itu pengaturan pasien digolongkan dalam dua hal, yaitu :
a. Posisi pasien 
Yang dimaksud dengan posisi pasien adalah letak pasien secara keseluruhan dalam suatu pemotretan. Posisi pasien yang ada adalah antara lain :
Supine = Tidur terlentang
Prone = Tidur telungkup
Lateral = miring menyamping ke kiri / kanan ( membentuk sudut 90o )
Oblique = Miring ( membentuk sudut lebih kecil dari 90o ) 
Istilah oblique pada umumnya merupakan letak atau kedudukan pasien terhadap film dalam suatu pemotretan. Ada 4 macam kedudukan oblique,yaitu :
- Right Anterior Oblique ( RAO ). Artinya letak pasien miring dengan tepi kanan depan dekat terhadap film.
- Right Posterior Obique ( RPO ). Artinya letak pasien miring dengan tepi kanan belakang dekat dengan film
- Left Anterior Oblique ( LAO ). Artinya letak pasien miring dengan tepi kiri depan dekat terhadap film.
- Left Posterior Oblique ( LPO ). Artinya pasien miringdengan tepi kiri belakang dekat terhadap film.
a. Posisi obyek 
Yang dimaksud dengan posisi obyek adalah letak atau kedudukan dari sebagian dari tubuh pasien yang perlu diatur dalam suatu pemotretan. Misalnya seorang pasien akan di foto tangannya, maka yang disebut obyek adalah posisi dari tangan pasien yang akan di foto. Pada umumnya untuk mengatur posisi obyek perlu dilakukan suatu pergerakan agar obyek tersebut berada pada posisi yang dikehendaki. Beberapa istilah pergerakan yang penting antara lain
Addukasi = gerakan merapat ke tubuh.
- Fleksio = gerakan melipat sendi.
- Ekstensio = gerakan membuka sendi.
- Eversion = gerakan membuka sendi kaki
- Inversion = gerakan menutup sendi kaki
- Endorotasi = gerakan memutar ke dalam.
- Inspirasi = gerakan menarik napas.
- Ekspirasi = gerakan mengeluarkan nafas
2. Pengaturan Sinar 
Sinar - x yang akan digunakan dalam pemotretan perlu di arahkan secara tepat pada obyek yang akan di foto. Disamping itu kekuatan sinar serta jumlah sinar perlu diatur agar sesuai dengan besarnya obyek yang akan di foto. Oleh karena itu maka pengaturan sinar dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu : 
Focus Film distance ( FFD ) 
Jarak antara sumber sinar ( Focus ) ke Film, perlu diatur pada setiap melaksanakan pemotreta oleh karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas gambar, factor eksposi dan lain sebagainya. Pada umumnya FFD untuk pemotretan Radiografi berkisar antara (40 – 180) cm, tergantung dengan jenis pemeriksaan yang dilakukan. Focus film distance di bagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Fokus Object Distance ( FOD ) adalah jarak fokus ke objek
2. Object Film Distance ( OFD ) adalah jarak antara objek ke film. 
Pengaturan Central Ray ( CR ) 
Yang dimaksud dengan Central Ray adalah pusat dari berkas sinar yang digunakan dalam pemotretan. Central ray merupakan garis lurus tengah-tengah berkas sinar yang menunjukan arah/ jalannya sinar tersebut. Selanjutnya istilah-istilah arah sinar selalu disebut sesuai dengan arah datangnya dan perginya sinar. Contohnya sebagai berikut :
Antero-Posterior : sinar dari depan ke belakang 
Postero-Anterior : sinar dari belakang ke depan
Trans – Lateral : sinar dari tepi yang satu ke tepi yang lain
- Dorso-Ventral = sinar dari punggung ke perut
- Ventro-Dorsal = sinar dari perut ke punggung
- Dorso-Plantar = sinar dari punggung ke telapak ( tangan/kaki )
- Planto-Dorsal = sinar dari telapak ke punggung ( tangan/kaki )
- Supero-Inferior = sinar dari atas ke bawah
- Infero-Superior = sinar dari bawah ke atas
- Latero-Medial = sinar dari tepi ke tengah
- Medio-Lateral = sinar dari tengah ke tepi
- Caudo-Cranial = sinar dari kaki ke kepala
- Cranio-Caudial = sinar dari kepala ke kaki
- Axial = sinar menuju ke poros sendi
- Tangensial = sinar membentuk garis singgung terhadap obyek.
Selanjutnya didalam pemotretan maka Central Ray akan diarahkan ke suatu titik pada obyek. Titik tersebut dinamakan “Central Point (CP)”.
3. Pengaturan Faktor Eksposi : 
Faktor eksposi ( factor penyinaran ) terdiri dari kV ( kilo volt ), mA ( mili Amper ) dan s ( second ). kV adalah satuan beda potensial yang diberikan antara katoda dan anoda didalam tabung Roentgen. KV akan menentukan Kualitas sinar - x yang akan dihasilkan. mA adalah suatu arus tabung, dan s adalah satuan waktu penyinaran. mAs akan menentukan kuantitas sinar - x yang dihasilkan.
Besarnya factor eksposi berbeda-beda untuk tiap jenis pemotretan, oleh karena adanya beberapa factor yang mempengaruhi, antara lain yaitu :
1. Ketebalan obyek
Semakin tebal obyek yang di foto, semakin tinggi factor eksposi yang di butuhkan dalam pemotretan tersebut.
2. Focus Film Distance
Pada penggunaan FFD yang lebih besar, membutuhkan factor eksposi yang lebih tinggi.
3. Tehnik pemotretan yang dilakukan
Misalnya soft tissue technique,high KV technique, membutuhkan factor eksposi yang berbeda dengan tehnik biasa meskipun pada obyek yang sama.
4. Penggunaan peralatan tertentu
Penggunaan screen film, non screen film, grid, dan lain-lain, masing-masing akan membutuhkan factor eksposi yang berbeda satu sama lain.
Sumber:
 http://ilmuradiologi.blogspot.com/2011/07/tehnik-radiografi-dasar.htmlhttp://ilmuradiologi.blogspot.com/2011/07/tehnik-radiografi-dasar.html