Blogger templates

Pages

Selasa, 21 Mei 2013

Brakhiterapi

Brakhiterapi adalah penggunaan dari isotop radioaktif tertutup untuk pengobatan, dengan menempatkan bahan radioaktif ke dalam atau berdekatan dengan sasaran radiasi. Hal ini bertujuan agar diperoleh distribusi dosis radiasi yang tinggi dan homogen dalam ruang lingkup yang sesuai dengan bentuk dan volume sasaran radiasi, sedang dosis pada jaringan sehat disekitarnya rendah, sehingga dapat dicapai kontrol lokal yang tinggi dengan efek samping yang rendah.
Cara–cara penempatan sumber radiasi dalam brakhiterapi meliputi :
1. Implantasi interstitial
* Lama waktu tertentu (temporary)
* Menetap (permanent)

Diberikan secara temporer dengan menanamkan sumber radiasi baik secara langsung mis. Implantasi jarum radium/cesium pada tumor lidah, atau secara interstitial dengan menanamkan aplikator terlebih dahulu, baru kemudian dimasukkan sumber radiasinya mis. Radiasi interstitial pada tumor lidah/dasar mulut.
2. Intrakaviter
Sumber radiasi dimasukkan kedalam kavitas–kavitas yang ada di tubuh manusia, mis. Pada kasus Ca. cerviks uteri.

3. Intralumenal
Brakhiterapi ditujukan untuk tumor–tumor yang ada dalam tubuh manusia, mis. untuk carsinoma bronchus dan oesofagus.

4. Superfisial (dengan mould)
Adalah bentuk brakhiterapi dengan menempatkan sumber radiasi pada mould (biasanya dibuat dari lilin), kemudian mould yang telah ada sumber radiasinya tersebut diletakkan pada tumor dipermukaan tubuh manusia (diatas kulit).

5, Intravaskular
Adalah bentuk radiasi mutakhir dengan memasukkan sumber radiasi kedalam pembuluh darah, banyak digunakan untuk mencegah terjadinya restenosis setelah bedah angioplastik.

Jenis Brakhiterapi berdasarkan laju dosis radiasi (dose rate) yaitu :
1. Low Dose Rate ( LDR ) : 0.4 – 2 Gy / jam
Radioaktif temporary yang digunakan : Radium, Cesium, Iridium
Radioaktif permanent yang digunakan : Radon, Iodium 125
Contoh : radiasi jarum radium pada pengobatan Ca. cerviks

2. Medium Dose Rate (MDR) : 2–12 Gy/jam
Radioaktif yang digunakan : Cesium, Cobalt, Iridium.

3. High Dose Rate (HDR) : >12 Gy/jam
Saat ini HDR paling banyak digunakan. Dan Radioaktif yang digunakan : Cobalt dan Iridium.
Ditinjau dari segi proteksi radiasi, penggunaan Radium 226 tidak lagi direkomendasikan untuk pemakaian dalam radioterapi.

Adapun teknik aplikasi yang digunakan dalam brakhiterapi yaitu :
1. Teknik Manual, hanya untuk LDR.
2. Teknik “Afterloading“:

Terlebih dahulu dipasang aplikator kosong ke daerah sasaran radiasi, bahan radioaktif dimasukkan kedalam aplikator dengan sistem penggerak yang diatur oleh panel kontrol diluar ruang radiasi. Digunakan untuk LDR, MDR, HDR.
Kelebihan teknik afterloading :
1. Aman untuk petugas
2. Lebih akurat pemasangan aplikator kosong
3. Dapat untuk HDR, waktu penyinaran pendek, dan tidak memerlukan perawatan yang lama.

Aplikasi Klinis dari Brakhiterapi :
1. Brakhiterapi definitif :
Dosis radiasi penuh, Ca. lidah, dasar mulut, kulit, prostat.
2. Brakhiterapi kombinasi dengan radiasi eksternal, sebagai radiasi booster.
Untuk Ca. cerviks, nasofaring, bronchus, esofagus.
3. Brakhiterapi pasca bedah
Pada sarkoma jaringan lunak, payudara (setelah radiasi eksterna).

Indikasi dari Brakhiterapi :
. Tumor–tumor dengan ukuran kecil
Contoh : Ca. prostat, Ca cerviks dan nasofaring pada stadium IA

. Tumor–tumor besar, diberikan sebagai booster
Contoh : Ca cerviks pada stadium IB – IIIB, KNF, Ca. mammae

. Sebagai terapi paliatif dikombinasikan dengan radiasi eksterna dengan tujuan untuk mengurangi waktu pengobatan.
Keuntungan Brakhiterapi dibandingkan radiasi eksterna :
1. Dosis yang diberikan pada brakhiterapi lebih tertuju pada tumor/target saja,
sehingga akan memberikan lokal kontrol yang baik.
2. Akan terjadi penurunan dosis pada jaringan sehat dengan menggunakan brakhiterapi
sehingga efek samping akan berkurang.

Proteksi Radiasi dalam Brakhiterapi meliputi :
1. Proteksi Pasien :
* Program monitoring paparan radiasi
* Emergency procedure
* Data lengkap dari parameter radiasi
* Sistem check parameter radiasi oleh dokter/ahli fisika

2. Proteksi Petugas :
* Program monitoring paparan radiasi
* Test kebocoran sumber tertutup.

Tujuan Utama treatment planning dalam brakhiterapi adalah :

* Untuk memperoleh distribusi dosis yang akan digunakan untuk menentukan dosis perskripsi, dengan cara memberikan dosis yang tinggi pada target volume namun pada jaringan normal akan mendapatkan dosis seminimal mungkin (dosis toleransi).
* Karena dalam brakhiterapi, distribusi dosis dalam target volume sangat tidak homogen. Daerah dekat sumber akan menerima dosis yang sangat tinggi. Selain itu, planning dipersulit oleh kenyataan bahwa geometri sumber tidak selalu dapat persis seperti yang direncanakan karena kesulitan penempatan sumber dalam jaringan. Oleh karenanya, ketidaktelitian planning dalam brakhiterapi relatif lebih longgar yaitu : ±15 %.

Adapun peran fisikawan medik dalam planning brakhiterapi adalah :
1. Untuk melakukan verifikasi sumber.
Dapat dilakukan pada saat pertama kali sumber terpasang, verifikasi dilakukan dengan menggunakan bilik ionisasi sumur (well-ionisation chamber) ataupun dengan menggunakan bilik ionisasi farmer.

2. Untuk menentukan lokalisasi sumber
Melalui teknik pembuatan radiografi orthogonal (AP–Lateral) dengan teknik isocenter. Dilakukan dibagian simulator, dengan mengatur pergerakan dari gantry dan meja juga perhitungan faktor magnifikasi yang digunakan.

3. Kalkulasi dosis
Dengan menggunakan TPS (Treatment Planning System)


Sumber:
http://radiografer.wordpress.com/brakhiterapi/

0 komentar:

Posting Komentar