Brakhiterapi adalah
penggunaan dari isotop radioaktif tertutup untuk pengobatan, dengan menempatkan
bahan radioaktif ke dalam atau berdekatan dengan sasaran radiasi. Hal ini
bertujuan agar diperoleh distribusi dosis radiasi yang tinggi dan homogen dalam
ruang lingkup yang sesuai dengan bentuk dan volume sasaran radiasi, sedang
dosis pada jaringan sehat disekitarnya rendah, sehingga dapat dicapai kontrol
lokal yang tinggi dengan efek samping yang rendah.
Cara–cara penempatan
sumber radiasi dalam brakhiterapi meliputi :
1. Implantasi interstitial
* Lama waktu tertentu (temporary)
* Menetap (permanent)
Diberikan secara temporer
dengan menanamkan sumber radiasi baik secara langsung mis. Implantasi jarum
radium/cesium pada tumor lidah, atau secara interstitial dengan menanamkan
aplikator terlebih dahulu, baru kemudian dimasukkan sumber radiasinya mis.
Radiasi interstitial pada tumor lidah/dasar mulut.
2. Intrakaviter
Sumber radiasi dimasukkan kedalam kavitas–kavitas yang ada di tubuh manusia,
mis. Pada kasus Ca. cerviks uteri.
3. Intralumenal
Brakhiterapi ditujukan untuk tumor–tumor yang ada dalam tubuh manusia, mis. untuk
carsinoma bronchus dan oesofagus.
4. Superfisial (dengan
mould)
Adalah bentuk brakhiterapi dengan menempatkan sumber radiasi pada mould
(biasanya dibuat dari lilin), kemudian mould yang telah ada sumber radiasinya
tersebut diletakkan pada tumor dipermukaan tubuh manusia (diatas kulit).
5, Intravaskular
Adalah bentuk radiasi mutakhir dengan memasukkan sumber radiasi kedalam
pembuluh darah, banyak digunakan untuk mencegah terjadinya restenosis setelah
bedah angioplastik.
Jenis Brakhiterapi
berdasarkan laju dosis radiasi (dose rate) yaitu :
1. Low Dose Rate ( LDR ) : 0.4 – 2 Gy / jam
Radioaktif temporary yang digunakan : Radium, Cesium, Iridium
Radioaktif permanent yang digunakan : Radon, Iodium 125
Contoh : radiasi jarum radium pada pengobatan Ca. cerviks
2. Medium Dose Rate (MDR) :
2–12 Gy/jam
Radioaktif yang digunakan : Cesium, Cobalt, Iridium.
3. High Dose Rate (HDR) :
>12 Gy/jam
Saat ini HDR paling banyak digunakan. Dan Radioaktif yang digunakan : Cobalt
dan Iridium.
Ditinjau dari segi proteksi radiasi, penggunaan Radium 226 tidak lagi
direkomendasikan untuk pemakaian dalam radioterapi.
Adapun teknik aplikasi yang
digunakan dalam brakhiterapi yaitu :
1. Teknik Manual, hanya untuk LDR.
2. Teknik “Afterloading“:
Terlebih dahulu dipasang
aplikator kosong ke daerah sasaran radiasi, bahan radioaktif dimasukkan kedalam
aplikator dengan sistem penggerak yang diatur oleh panel kontrol diluar ruang
radiasi. Digunakan untuk LDR, MDR, HDR.
Kelebihan teknik afterloading
:
1. Aman untuk petugas
2. Lebih akurat pemasangan aplikator kosong
3. Dapat untuk HDR, waktu penyinaran pendek, dan tidak memerlukan perawatan
yang lama.
Aplikasi Klinis dari
Brakhiterapi :
1. Brakhiterapi definitif :
Dosis radiasi penuh, Ca. lidah, dasar mulut, kulit, prostat.
2. Brakhiterapi kombinasi dengan radiasi eksternal, sebagai radiasi booster.
Untuk Ca. cerviks, nasofaring, bronchus, esofagus.
3. Brakhiterapi pasca bedah
Pada sarkoma jaringan lunak, payudara (setelah radiasi eksterna).
Indikasi dari Brakhiterapi :
. Tumor–tumor dengan ukuran kecil
Contoh : Ca. prostat, Ca cerviks dan nasofaring pada stadium IA
. Tumor–tumor besar, diberikan
sebagai booster
Contoh : Ca cerviks pada stadium IB – IIIB, KNF, Ca. mammae
. Sebagai terapi paliatif
dikombinasikan dengan radiasi eksterna dengan tujuan untuk mengurangi waktu
pengobatan.
Keuntungan Brakhiterapi
dibandingkan radiasi eksterna :
1. Dosis yang diberikan pada brakhiterapi lebih tertuju pada tumor/target saja,
sehingga akan memberikan lokal kontrol yang baik.
2. Akan terjadi penurunan dosis pada jaringan sehat dengan menggunakan
brakhiterapi
sehingga efek samping akan berkurang.
Proteksi Radiasi dalam
Brakhiterapi meliputi :
1. Proteksi Pasien :
* Program monitoring paparan radiasi
* Emergency procedure
* Data lengkap dari parameter radiasi
* Sistem check parameter radiasi oleh dokter/ahli fisika
2. Proteksi Petugas :
* Program monitoring paparan radiasi
* Test kebocoran sumber tertutup.
Tujuan Utama treatment
planning dalam brakhiterapi adalah :
* Untuk memperoleh distribusi dosis yang akan digunakan untuk menentukan dosis
perskripsi, dengan cara memberikan dosis yang tinggi pada target volume namun
pada jaringan normal akan mendapatkan dosis seminimal mungkin (dosis
toleransi).
* Karena dalam brakhiterapi, distribusi dosis dalam target volume sangat tidak
homogen. Daerah dekat sumber akan menerima dosis yang sangat tinggi. Selain
itu, planning dipersulit oleh kenyataan bahwa geometri sumber tidak selalu
dapat persis seperti yang direncanakan karena kesulitan penempatan sumber dalam
jaringan. Oleh karenanya, ketidaktelitian planning dalam brakhiterapi relatif
lebih longgar yaitu : ±15 %.
Adapun peran fisikawan medik
dalam planning brakhiterapi adalah :
1. Untuk melakukan verifikasi
sumber.
Dapat dilakukan pada saat pertama kali sumber terpasang, verifikasi dilakukan
dengan menggunakan bilik ionisasi sumur (well-ionisation chamber) ataupun
dengan menggunakan bilik ionisasi farmer.
2. Untuk menentukan lokalisasi
sumber
Melalui teknik pembuatan radiografi orthogonal (AP–Lateral) dengan teknik
isocenter. Dilakukan dibagian simulator, dengan mengatur pergerakan dari gantry
dan meja juga perhitungan faktor magnifikasi yang digunakan.
3. Kalkulasi dosis
Dengan menggunakan TPS (Treatment Planning System)
Sumber:
http://radiografer.wordpress.com/brakhiterapi/
Selasa, 21 Mei 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar